Hari ini saya baca novel berjudul 5cm , novel karya Donny Dhirgantoro ini bener -bener sarat akan pesan moral terutama buat anak muda yang lagi terombang - ambing ga ada arah tujuan , saya sarankan untuk baca buku ini .mantep deh pokoknya . *berapiapi
well , kemudian apa hubungannya novel 5cm dengan plato?? *
jadi dalam novel ini , tokoh dalam novel disengaja ngomongin soal Plato , ya sebagai mahasiswa jurusan ekonomi saya tentu tidak tahu menahu mengenai ini , hanya dulu ketika SMP -SMA pernah dengar namanya , tapi nggak pernah tuh dijelasin secara rinci siapa sih dia ? ngapain sih dia ? apa aja yang udah dia lakukan hingga namanya masih kita dengar sampai sekarang ? mau tahu kan .. oke pembaca ..mari kita baca ^^
Plato dilahirkan dari kalangan famili Athena kenamaan sekitar tahun 427 SM. Di masa remaja dia berkenalan dengan filosof kesohor Socrates yang jadi guru sekaligus sahabatnya. Tahun 399 SM, tatkala Socrates berumur tujuh puluh tahun, dia diseret ke pengadilan dengan tuduhan tak berdasar berbuat brengsek dan merusak akhlak angkatan muda Athena. Socrates dikutuk, dihukum mati. Hal ini sangat membuat Plato bersedih .Sejak berumur 20 tahun Plato mengikuti pelajaran Socrates. Pelajaran itulah yang memberinya kepuasan baginya. Pengaruh Socrates semakin hari semakin mendalam padanya. Ia menjadi murid Socrates ayang setia sampai pada akhir hidupnya Socrates tetap menjadi pujaannya. Dalam segala karangan Plato yang berbentuk dialog, bersoal-jawab, Socrates didudukannya sebagai pujangga yang menuntun. Dengan cara begitu ajaran Plato tergambar keluar melalui mulut Socrates. Juga setelah pandangan filosofinya sudah jauh menyimpang dan sudah lebih lanjut dari pendapat gurunya, ia terus berbuat begitu. Socrates digambarkannya sebagai juru bahasa isi hati rakyat di Athena yang tertindas karena kekuasaan yang saling berganti..
Yang baik adalah dasar segalanya. Manusia yang baik adalah manusia yang seluruh hidupnya terarah kepada Sang Baik. Kadang-kadang Plato menyebut Sang Baik sebagai Yang Ilahi. Karena itu, manusia menurut Plato akan mencapai puncak eksistensinya apabila ia terarah kepada Yang Ilahi.
Plato menekankan bahwa kebahagiaan sebenarnya ada pada keutamaan-keutamaan. Ia membedakan empat keutamaan paling penting, yaitu kebijaksanaan, keberanian, sikap tahu diri, dan keadilan, sebagai keutamaan yang menyeimbangkan dan mempersatukannya dengan keutamaan lain.
Yang baik adalah dasar segalanya. Manusia yang baik adalah manusia yang seluruh hidupnya terarah kepada Sang Baik. Kadang-kadang Plato menyebut Sang Baik sebagai Yang Ilahi. Karena itu, manusia menurut Plato akan mencapai puncak eksistensinya apabila ia terarah kepada Yang Ilahi.
Plato menekankan bahwa kebahagiaan sebenarnya ada pada keutamaan-keutamaan. Ia membedakan empat keutamaan paling penting, yaitu kebijaksanaan, keberanian, sikap tahu diri, dan keadilan, sebagai keutamaan yang menyeimbangkan dan mempersatukannya dengan keutamaan lain.
Plato menekankan bahwa kebahagiaan sebenarnya ada pada keutamaan-keutamaan. Ia membedakan empat keutamaan paling penting, yaitu kebijaksanaan, keberanian, sikap tahu diri, dan keadilan, sebagai keutamaan yang menyeimbangkan dan mempersatukannya dengan keutamaan lain.
Pemikiran Plato mendeskripsikan tentang hidup yang baik. Pemikiran ini tertuang dalam ajarannya tentang idea-idea. Perumpamaan yang coba digambarkan Plato adalah mempergunakan “ceritera tentang gua”. Di mana, dalam sebuah gua, ada sekelompok tahanan yang tak dapat memutarbalikkan badan, terduduk, menghadap ke tembok gua. Di belakang para tahanan itu, ada pintu masuk, dari luar datang cahaya api besar. Para tahanan itu hanya melihat bayangan tembok para budak berlalu-lalang di luar gua, sehingga mereka tersadar bahwa itulah realitasnya. Namun, ada satu tahanan yang lepas. Ia keluar dari gua itu dan melihat pemandangan sekelilingnya. Ia melihat pohon, batu, gunung, dan matahari. Ia merasakan angin berhembus, sengatan sinar matahari. Ia menyadari bahwa realitas sebenarnya adalah bukan bayang-bayang pada dinding di dalam gua. Namun, ketika ia kembali kedalam gua dan mengajak tahanan yang lain untuk ikut keluar bersamanya, mereka marah dan bersikeras tidak mau meninggalkan gua.
Dengan perumpamaan itu, Plato berusaha memperlihatkan bahwa kebenaran umum masih jauh dari kenyataan sebenarnya. Hal inilah yang merangsang kita untuk berfikir kembali bahwa manusia harus bebas dari belenggu-belenggu yang menyertainya. Plato berpendapat bahwa realitas yang sebenarnya bukanlah pengalaman inderawi belaka (melihat, mendengar, merasakan, mencium, menggigil, dll). Melainkan, realitas inderawi hanyalah cerminan dari realitas materi. Maka, realitas itu bersifat rohani dan ia menyebutnya sebagai Idea.
Ide-ide (Idea) itu abadi, sifatnya tak berubah. Contohnya, konsepsi manusia. Manusia terdiri dari jiwa dan badan. Plato berpendapat, badan adalah wadah dari jiwa. Realitas kita yang benar adalah jiwa. Badan bersifat sementara. Jiwa adalah abadi. Jiwa manusia sudah memiliki eksistensi sebelum ia masuk ke dalam badan. Melalui daya ingat (anamnesis) dan nalar berfikir rasional, manusia dapat memahami alam idea. Tujuan dari idea-idea itu adalah menuju kepada “Yang Baik”. Yang Baik itu hakikat realitas tertinggi, suatu dinamika batin, suatu kebahagiaan paling sempurna.
Lalu, apa dan bagaimana seharusnya manusia hidup agar arti hidupnya “baik” ? Menurut Plato, orang itu baik apabila ia dikuasai oleh akal budi. Sebaliknya, orang itu buruk apabila dikuasai hawa nafsu dan emosi. Kenapa buruk? Karena selama kita dikekang dan dikuasai oleh nafsu dan emosi, berarti kita dikuasai oleh sesuatu yang berada di luar diri kita. Artinya, hidup kita menjadi tak teratur, hidup kita terlempar ke sana ke mari, amburadul, alias berantakan. Hidup kita seakan terpecah belah, hancur, berkeping-keping tak jelas arahnya kemana. Di saat itulah, kita tersadar dan merasa tidak memiliki lagi arti diri kita sendiri. Melainkan hanya menjadi objek dorongan kuasa irrasional belaka.
Untuk itu, Plato menyarankan agar kita menghindari serta membebaskan diri dari kuasa irasional hawa nafsu dan emosi serta mengarahkan diri menurut akal budi yang rasional.
Plato keren banget ya :D